Welcome in Your Inspiration

Adz-Zikr
Diberdayakan oleh Blogger.


Assalammualaikum warahmatullah wa barakatuh
Saudaraku yang kurindukan…….
Apa kabarnya??? Sehat-sehat saja khan…karena,seperti kalian tahu, kami disini sulit sekali mendapatkan pelayanan kesehatan,makanan dan air bersih akibat boycot yang dilakukan tentara Israel…
Bagaimana kabar keluargamu?...baik-baik saja khan…sebab,tak ada saat yang kami rindukan disini selain bangganya kami, ketika melihat ayah,ibu,kakak atau adik-adik kami yang lucu dan imut,,,syahid diserang Yahudi…
Bagaimana dengan liburannya???menyenangkan bukan….?karena tahukah kalian saudaraku,,,jangankan liburan,,bepergian saja,kami tak mampu, karena dibangunnya tembok-tembok raksasa yang merenggut kebebasan kami…

Saudaraku…
Cerita kami di atas sama sekali tidak membuat kami sedih atau berduka…melainkan bahagia,,karena kami yakin Allah memberikan bukti sayang-Nya kepada kami…
Tapi,tahukah kalian saudara ku…..
Hanya satu yang membuat kami sedih…..
Kami telah kehilangan saudara kami…

Saudaraku,kami rindu kalian…
Mengertikah kalian,,,
Bahwa,,kami bukan mengharapkan kalian ikut mengangkat senjata seperti kami,,,
Kami bukan ber asa untuk kalian menghibur kami…
Kami juga tak memaksa kalian untuk hadir ditengah-tengah kami…
Tapi satu yang kami rindu,ingin dan harapkan,,,saudaraku…..
Yaitu do’a dari saudara kami….
do’a nya saudara kami,,mukmin-mukmin yang luar biasa…
seperti doa’nya umat muslim pimpinan Rasulullah saat menaklukkan kaum kafir yang banyak di perang Badar..
do’anya pasukan Muhammad al-Fatih saat menaklukkan Konstantinopel…
Do’anya Serdadu Thariq bin Ziyad saat menaklukan Andalusia….
Do’anya tentara Salahuddin al-Ayubi saat berjaya di perang Salib,di bumi kami, Palestina
Dan layaknya do’a – do’a muslim dan mukmin luar biasa lainnya yang pernah menjadikan Islam merahmati 2/3 dunia,,berabad-abad lamanya…

Sungguh saudaraku….
Kami sangat merindukan saudara kami…
Kami sangat mengharapkan do’a dari mereka..
Karena kami sadar,bahwa do’a adalah senjata terbaik bagi orang mukmin…
Tapi bukan do’a dari orang-orang yang biasa..
Melainkan do’a nya mukmin luar biasa…
Doanya para mukmin yang senantiasa menjaga shalat jama’ahnya,,,karna banyak dari teman kami,,,yang syahid ketika shalat berjamaah…
Do’anya para mukmin yang menjadikan al-Quran sebagai sahabat sejatinya…
Doa’nya pemuda-pemuda yang senantiasa memakmurkan mesjid-mesjid…
Do’anya wanita-wanita yang senantiasa menjaga auratnya,,karrena,,banyak dari wanita-wanita kami,yang tetap memelihara auratnya walaupun tentara Yahudi menyerangnya…
Do’anya para hamba Allah yang senantiasa menitikkan air matanya ketika ingat Allah…
Kerinduan itu sangat memuncak di fikiran dan sanubari kami, saudaraku….
Kami rindu kalian,,,saudaraku….
Kami rindu…
Generasi yang menjadikan Allah sebagai tujuan hidupnya,,,,
Generasi yang menjadikan Rasulullah sebagai tauladan hidupnya,,dan
Generasi yang menjadikan al~Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidupnya….

Semoga Allah mempertemukan kita di Jannah~Nya…
Wassalammualaikum warhmatullah wa barakatuh…

Tertanda,
Hamba Allah yang merindukan saudara seperjuangan,
Dari bilik penantian,,,kota sejuta wangi syurgawi,
Gaza

Continue..

Filed Under:


“Dek, dek, bangun dek!!! Shalat dulu”
Suara tadi sontak membangunkan tidur ku. Samar – samar kulihat sumber suara tersebut. Ternyata abang kernet angkot yang kutumpangi. Sejenak ku tertegun, hampir tak percaya mendengar seruan abang kernet tadi, di zaman modern gini, ternyata masih ada orang yang berpegang teguh dan menjalankan Islam dalam setiap kondisi dan situasi.
Aku lihat disekeliling angkot, sepi, hanya aku dan abang kernet tadi. Aku pun turun dari angkot mengikuti sang kernet ke mesjid, untuk shalat. Sambil berjalan, pikiranku masih menerawang, hatiku berdetak hampir tak percaya, aku mengalami peristiwa yang sangat langka, bahkan tak pernah kualami selama pengembaraanku dalam angkot dimanapaun
“ Subhanallah”, spontan kuucapkan, sambil melangkah ke ruang wudhu.
Setiba di dalam Mesjid, sang muadzin mulai mengambil sikap untuk iqamah. Sesekali kulihat disekeliling, lagi – lagi hatiku bergejolak melihat suasana di dalam mesjid, karena melihat banyaknya jama’ah, dan dari keadaan para jama’ah tersebut, aku menyadari bahwa mesjid ini dipenuhi oleh Hamba-hamba Allah dari segala profesi. Seolah kembali menjelaskan bahwa mesjid adalah tempatnya setiap hamba Allah yang ingin beribadah, tanpa melihat profesi, kasta dan keadaan sosial orang tersebut. Semua sama di mata Allah. Dengan perasaan bercampur tersebut, aku pun mengambil shaf untuk melaksanakan Shalat Dzuhur.
***
Selepas dzuhur selesai, aku langsung menuju ke angkot, untuk meneruskan perjalanan ke rumah. Dari kejauhan kulihat sang kernet menyeruku untuk segera, sambil ia melepaskan senyuman
Di dalam angkot yang penuh sesak itu, fikiran & hatiku kembali mengingat kejadian yang baru saja kualami tadi. Pemandangan yang langka kusaksikan.
Seorang bapak paruh baya berbaju koko menuju angkot. Aku berfikir bahwa dia adalah salah ssatu penumpang angkot ini, namun dugaanku salah, si Bapak tersebut mengambil tempat di depan angkot dan meyakinkanku bahwa dia adalah seorang sopir angkot ini. Aku kembali memuji asma Allah, melihat situasi tersebut. Hal yang jarang sekali terjadi, seorang supir memakai baju koko (“hari gene?” bisikku)
Angkot kemudian melaju kencang mengarungi jalan raya. Akupun berusaha kembali berfikir mengenai hal-hal yang baru terjadi, apakah benar atau mimpi, fikir ku seakan tak percaya.
Aku kembali berusaha untuk tidur diangkot tersebut, karena lelah yang menderaku sehabis mengikuti acara di kampus ku. Belum sampai mataku terpejam, aku kembali melihat pemandangan yang luar biasa. Sang kernet mengeluarkan Al-Quran mini dari dalam sakunya, sambil mulutnya berkomat-kamit melafazkan ayat-ayat Quran. Prediksiku dia sedang menghapal surah al-Quran. “Subhanallah”, dalam kondisi mencari nafkah pun, sang kernet tersebut masih menyempatkan mengingat-Mu ya Allah, aku jadi malu bercampur takjub terhadap sang kernet.
Tak lama kemudian aku berusaha memejamkan mata ku yang tlah lelah, sambil bermuhasabah & memuji Allah , setelah melihat hal-hal yang baru kualami
Baru beberapa menit mataku terpejam, aku terbangun mendengar suara dering HP yang berbunyi, ternyata HP sang supir, langsung saja sang supir mengangkat dan berbicara melalui HP tersebut. Samar-samar kudengar percakapan sang supir bahwa dia akan mengisi pengajian rutin nanti malam di lingkungan rumahnya.
Lagi – lagi fikiranku tak habis-abis nya memuji Allah, ternyata selain supir angkot, bapak supir tersebut juga berforfesi sebagai Ustadz, “subhanallah”

Tak lama kemudian sang supir menghidupkan DVD Car Player angkotnya, untuk memecah kesunyian, baru 1 lagu yang diputar, aku tahu, ini adalah lagu nasyid Islami yang tak asing lagi ditelingaku,Ya Allah, berbeda sekali, kalau biasanya dalam angkot,aku mendengar lagu-lagu band papan atas atau dangdut, yang tidak pernah membawa kita untuk mengingat Allah, tapi kali ini nasyid Islami yang diputar, menyejukkan hati
Allahuakbar, Subhanallah, tak henti-hentinya bibirku memuji asma Allah atas peristiwa yang sedang kualami, ingin sekali aku menjadi langganan tetap angkot ini, harapku
Lantunan nasyid yang menyejukkan hati ini, sontak menghanyutkanku, ditambah perasaan lelah yang kurasakan sejak tadi, membuat ku tak mampu menahan rasa kantuk yang menyerangku, mataku pun terpejam, terlelap lama . . . . . . . . . . . . .

***
“woy, woy, bangun, dah sampe kau”
Aku terbangun, suara seseorang tadi membangunkan tidurku
“ woy, dah sampe, kau turun disini kan?”
“ya” jawabku sambil keheranan
Suasana yang berbeda kurasakan .
Fikiranku menerawang jauh atas apa yang baru kualami. Melihat sang kernet yang jauh dari keramahtamahan seperti kernet yang tadi, serta suara musik yang diputar, meyakinkanku bahwa ternyata, suasana indah, melihat angkot Islami tadi hanya mimpi, oh. . . . . . . . . .
Aku pun turun dari angkot. Dalam perjalanan, aku kembali mengingat mimpi yang kualami di angkot tadi, dan kembali berfikir:
Sang kernet yang mengingatkanku untuk shalat,
Sang kernet, yang dalam tugasnya masih menyempatkan diri membaca Al-Quran,
Sang supir, yang menjadikan supir angkot sebagai profesi sampingan selain berdakwah, dan
Lantunan nasyid di sebuah angkot, yang jarang, bahkan tidak pernah kudengar sekalipun dalam petualangan angkotku.





***

“Subhanallah, Allahuakbar”
Bibirku tak henti-henti nya melafadzkan asma Allah. . . . . . . . . .
“Ya Allah, apakah mimpiku tadi akan menjadi kenyataan?”
“Apakah dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang menjalankan Islam disetiap saat, setiap waktu, kapan pun dan dimanapun? . . . . . . . .
INSYAALLAH





















untukmu kader dakwah
untukmu kader harokah
jangan pernah menyerah
yakinlah. . .
cahaya islam akan merekah
allahuakbar !!!





By;muzakkir adz-zikr

Continue..

Filed Under:


“Assalammualaikum akhi/ukhti kader LDK al~Furqan ,,hari ni syuro panitia persiapan sanlat kampus,ba’da Dzuhur di Mushalla depan kampus..on time!..sebarkan!!!..jazaka

llah”

Senang,,gembira,,n bahagia yang sangat kurasakan begitu pesan singkat sms itu beredar di HP para kader dakwah kampus. Ya…kesenangan yang tak dapat kulukiskan,karena namaku disebut-sebut dalam sms tersebut. Bahagia n berbunga-bunga,,karena namaku tersebar luas di hp para kader LDK.

Ya,,MDK namaku…lengkapnya Mushalla Depan Kampus…sebuah nama indah yang kusandang. Sebuah nama yang sangat akrab ditelinga para kader dakwah kampus STAIN ZCK.
Aku hanyalah sebuah bangunan kecil yang hanya berdindingkan papan,berlantaikan ubin kasar dan sumur tua yang selalu setia menemaniku. letakku strategis di depan kampus.Aku tidaklah sebesar Mesjid Aref Rahman Hakim, kampus UI yang begitu fenomenal melahirkan kader-kader dakwah bangsa..juga tak selegenda Mesjid Salman ITB, markaz da’i intelektual bangsa,,atau sebagus Mesjid Jami’ Unsyah..dan banyak mesjid di kampus-kampus seluruh Indonesia yang merupakan pusat perjuangan dan pergerakan para kader dakwah kampus militan. Tapi sekali lagi,,aku hanya bangunan kecil yang siap melahirkan orang besar…setidaknya itu harapanku.

Bangga…itulah salah satu kata yang dapat melukiskan perasaanku…sebuah kebanggan dan kehormatan, yang dengan tubuh mungilku ini aku bisa menjadi sarana mereka, para kader dakwah mendapatkan pahala…
Lantunan ayat al~quran sangat akrab terdengar diruanganku..tak jarang mereka shalat didekatku….do’a rabithah yang sering mengalir semakin membuatku terharu dan semangat,,ternyata masih ada sekumpulan pemuda yang manjadikan dakwah sebagai aktifitas utamanya…aku senang,semoga keberadaanku menjadi sarana mereka meraih ridho Allah….
Bangga,,,karena mereka menjadikanku sebagai tempat mereka berdiskusi menuangkan fikiran, gagasan,ide, perbaikan tiada henti…
Tak jarang…canda,,,tawa,,,raut bahagia,,,bahkan tetesan air mata sentiasa mereka hiasi ditubuhku…
Aku bahagia,,karena tubuh mungilku ini diapresiasi tinggi untuk melahirkan pemikir…perubah,,,penggerak dan pejuang besar yang siap berkontribusi untuk agama Allah ini…

Tapi…akhir – akhir ini,,perasaanku dibuat tak tenang dan sedih,,,sejalan dengan wacana akan dibangunnya mesjid Kampus…juga dengan rencana kampus yang akan menyediakan sekretariat untuk UKM-UKM seperti LDK..
Artinya, mereka akan meninggalkanku, mereka tak lagi bersamaku..mereka,,para kader dakwah kampus akan menjauhiku…
Artinya juga,,aku kehilangan peran sebagai sarana mereka meraih pahala…..
Ouhhhhhh…..
Ah,,Perasaan itu cepat-cepat kutepis…tentunya aku bahagia,,karena mereka akan mendapat tempat yang layak dan lebih bagus,,sehingga perjuangan mereka akan lebih mudah.

Sembari menunggu markaz baru mereka ,,aku berazam untuk terus mengambil peran sebagai pengantar mereka mengumpulkan kebaikan..
Aku akan selalu berusaha untuk menjadi wadah tempat lahirnya orang-orang besar yang shaleh….
Tempat mereka berlomba-lomba menabur benih keshalihan mereka….
Tempat mereka bernaung untuk sebuah kerja besar,,,,,
Karena aku yakin,,,mereka akan menjadi pelopor perjuangan kebaikan…
Sampai waktu itu tiba…Izinkan diriku kupersembahkan untuk kalian wahai generasi Rabbani….
Hingga namaku senantiasa terukir indah di sanubari dan ingatan kalian…
Hari ini,,,esok,,,atau di masa yang akan datang…
Ingtlah namaku wahai ikhwah…
“Mushalla Depan Kampus”

Continue..

Filed Under:


Berhentilah Jadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang
murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya
tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu
jadi sebesar danau."

Continue..

Filed Under: